Memahami Accounting Rate of Return (ARR): Cara Sederhana Menilai Kelayakan Investasi
- Anindhita Nugraha
- 13 jam yang lalu
- 3 menit membaca

Dalam dunia bisnis, setiap keputusan investasi harus dipertimbangkan dengan matang. Salah satu cara untuk menilai apakah sebuah proyek layak dijalankan adalah dengan menghitung tingkat pengembalian yang mungkin diperoleh. Accounting Rate of Return (ARR) menjadi salah satu metode yang sering digunakan karena sifatnya yang mudah dipahami. Artikel ini akan menjelaskan apa itu ARR, bagaimana cara menghitungnya, manfaat serta kekurangannya, dan mengapa metode ini tetap relevan untuk analisis awal investasi.
Apa Itu Accounting Rate of Return (ARR)?
Accounting Rate of Return (ARR), atau Tingkat Pengembalian Akuntansi, merupakan metode penilaian investasi yang berfokus pada laba bersih proyek. Berbeda dengan metode evaluasi investasi berbasis arus kas, ARR menggunakan data dari laporan laba rugi untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang bisa dihasilkan dari dana yang ditanamkan dalam suatu proyek.
ARR biasanya disajikan dalam bentuk persentase agar mudah dibandingkan dengan standar keuntungan perusahaan atau proyek lainnya. Misalnya, jika perusahaan menginvestasikan Rp1.000.000.000 dan memperoleh laba bersih tahunan Rp100.000.000, maka ARR-nya adalah 10%. Persentase ini menjadi indikasi awal apakah investasi tersebut memenuhi standar pengembalian perusahaan.
Metode ini banyak diaplikasikan pada proyek berskala kecil hingga menengah yang memiliki pola pendapatan relatif stabil. Meski tidak mempertimbangkan nilai waktu uang, ARR tetap dianggap sebagai alat analisis awal yang efektif dan cepat dipahami, terutama oleh praktisi bisnis dan akuntansi.
Tujuan Penggunaan ARR dalam Evaluasi Investasi
ARR berfungsi sebagai alat bantu untuk menilai kelayakan suatu proyek sebelum dievaluasi lebih mendalam. Beberapa tujuan utama penggunaannya antara lain:
Menilai Efisiensi Keuntungan
ARR memberikan gambaran langsung tentang seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dari investasi. Semakin tinggi nilai ARR, semakin besar potensi profitnya.
Membantu Memilih Proyek Terbaik
Saat menghadapi beberapa pilihan investasi, ARR memudahkan manajemen membandingkan tingkat pengembalian masing-masing proyek dan menentukan mana yang lebih menguntungkan.
Melengkapi Analisis Keuangan Lainnya
ARR tidak menggantikan metode seperti NPV atau IRR, tetapi sering digunakan sebagai langkah awal sebelum perusahaan melakukan analisis yang lebih kompleks.
Cocok untuk Proyek Jangka Pendek
Karena menghitung laba rata-rata, ARR efektif digunakan pada proyek yang durasinya tidak terlalu panjang dan memiliki pendapatan stabil.
Memberi Gambaran Risiko Secara Umum
Nilai ARR dapat menjadi sinyal awal mengenai potensi risiko. ARR rendah biasanya mengindikasikan proyek yang mungkin kurang efisien atau berpotensi merugi.
Cara Menghitung Accounting Rate of Return
Menghitung ARR terbilang sederhana. Berikut langkah-langkah umumnya:
Menentukan Rata-Rata Laba Bersih Tahunan
Gunakan laba bersih setelah depresiasi namun sebelum pajak. Jika proyek berjalan lebih dari satu tahun, ambil rata-rata labanya.
Menentukan Nilai Investasi Awal atau Rata-Rata Investasi
Nilai investasi awal bisa berupa seluruh biaya yang dikeluarkan di awal proyek. Jika investasi dilakukan bertahap, gunakan rata-rata investasi dengan rumus:
Rata-rata Investasi = (Investasi Awal + Nilai Sisa Aset Akhir) / 2
Menggunakan Rumus ARR
Formula ARR adalah:
ARR = (Rata-rata Laba Bersih Tahunan / Investasi Awal atau Rata-rata Investasi) Ć 100%
Contohnya:Ā Investasi awal = Rp500.000.000Ā Laba bersih tahunan = Rp75.000.000Ā Maka ARR = 15%
Angka ini menunjukkan bahwa proyek memberikan pengembalian 15% setiap tahun dari total dana yang ditanamkan.
Kelebihan ARR: Mengapa Metode Ini Masih Banyak Dipakai?
Mudah Dipahami dan Diaplikasikan
ARR tidak membutuhkan konsep kompleks seperti diskonto atau nilai waktu uang. Cukup dengan data laba dan investasi, Anda bisa menghitung dengan cepat, bahkan menggunakan Excel sederhana.
Memanfaatkan Data Akuntansi yang Sudah Tersedia
Metode ini menggunakan laporan laba rugi yang sudah umum dimiliki setiap perusahaan. Tidak perlu membuat proyeksi arus kas yang rumit.
Ideal untuk Seleksi Awal Proyek
ARR membantu menyaring proyek yang tidak layak sebelum dianalisis lebih dalam menggunakan metode yang lebih canggih.
Memberikan Indikator Profitabilitas yang Jelas
Karena berbentuk persentase, manajemen mudah membandingkan antarproyek dan menentukan prioritas investasi.
Kekurangan ARR: Hal yang Perlu Diwaspadai
Tidak Memperhitungkan Nilai Waktu Uang
Ini adalah kelemahan terbesar ARR. Nilai uang hari ini lebih berharga daripada nilai yang sama di masa depan, dan ARR tidak mempertimbangkan hal ini. Akibatnya, proyek jangka panjang bisa tampak kurang menguntungkan.
Berdasarkan Laba, Bukan Arus Kas Sebenarnya
Laba akuntansi dapat dipengaruhi metode depresiasi dan kebijakan pembukuan lainnya. Artinya, hasil ARR bisa bias dan tidak mencerminkan kondisi kas nyata perusahaan.
Tidak Mengukur Risiko Secara Mendalam
ARR hanya memberikan gambaran kasar. Dua proyek dengan nilai ARR sama bisa memiliki tingkat risiko sangat berbeda.
Kurang Cocok untuk Proyek Jangka Panjang
Karena menggunakan data rata-rata, ARR bisa gagal menggambarkan fluktuasi keuntungan dari tahun ke tahun, terutama pada proyek dengan pendapatan tidak stabil.
ARR merupakan metode evaluasi investasi yang sederhana, cepat, dan cocok digunakan sebagai langkah awal dalam proses pengambilan keputusan. Dengan memanfaatkan data laba akuntansi, ARR membantu perusahaan menilai profitabilitas proyek secara praktis. Namun, karena tidak memperhitungkan nilai waktu uang dan arus kas aktual, metode ini tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya dasar keputusan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat dan komprehensif, ARR sebaiknya digabungkan dengan metode lain seperti NPV atau IRR.


Komentar