Cadangan Kerugian Piutang: Definisi, Cara Menghitung & Pentingnya
- Anindhita Nugraha
- 29 Sep
- 2 menit membaca

Dalam bisnis, piutang adalah bagian penting dari aset; artinya uang yang belum dibayar oleh pelanggan. Namun tidak semua piutang bisa tertagih. Agar laporan keuangan tetap realistis dan perusahaan tidak “terkejut” dengan piutang tak tertagih, diperlukan cadangan kerugian piutang. Artikel ini menjelaskan dengan sederhana apa maksudnya, mengapa penting, bagaimana menghitungnya, serta standar akuntansi yang berlaku.
Pengertian Cadangan Kerugian Piutang
Cadangan kerugian piutang adalah estimasi jumlah uang dari piutang yang kemungkinan tidak akan pernah diterima karena pelanggan gagal bayar atau terlambat sekali-kali melewati batas tertentu. Dalam laporan keuangan, cadangan ini menjadi akun yang mengurangi nilai piutang agar nilai yang dicatat mencerminkan apa yang secara realistis bisa ditagih oleh perusahaan.
Mengapa Cadangan Kerugian Piutang Penting
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan perlu mencatat cadangan kerugian piutang:
Akurat dalam laporan keuangan
Jika piutang yang tak tertagih tidak diperhitungkan, laba dan aset bisa terlihat lebih tinggi dari kenyataan. Dengan cadangan, angka-nya lebih realistis.
Melindungi perusahaan dari risiko finansial
Perusahaan bisa mengalami kerugian besar jika banyak piutang tidak dibayar. Cadangan memberi “bantal” agar laporan keuangan tetap bisa menahan dampaknya.
Indikator manajemen piutang yang baik
Seberapa besar cadangan memberi gambaran seberapa baik perusahaan mengelola piutang, termasuk seberapa siginifikan risiko gagal bayar
Metode Menghitung Cadangan Kerugian Piutang
Terdapat dua metode yang umum dipakai:
Metode Persentase (Rasio)
Perusahaan menetapkan persentase tertentu dari total piutang sebagai cadangan berdasarkan pengalaman historis. Misalnya, jika total piutang Rp 100.000.000 dan dari data sejarah diketahui rata-rata 5% piutang tidak tertagih, maka cadangan sebesar Rp 5.000.000.
Metode Penuaan Piutang (Aging Method)
Piutang dibagi berdasarkan lama keterlambatan pembayaran (misalnya 0-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, lebih dari 90 hari). Untuk tiap kelompok diberikan persentase risiko tidak tertagih yang berbeda. Semakin lama piutang lewat jatuh tempo, semakin tinggi persentasenya. Dengan mengalikan nilai piutang tiap kelompok dengan persentase risiko, didapat jumlah cadangan total.
Contoh: Piutang total Rp 100.000.000, sebagian besar dalam 0-30 hari, sebagian lagi dalam 31-60, dll. Setelah menentukan persentase yang sesuai tiap kelompok berdasarkan data historis, jumlah cadangan dihitung.
Regulasi dan Standar Akuntansi
Standar akuntansi yang berlaku mengatur bagaimana cadangan kerugian piutang harus diperlakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan:
PSAK 71 di Indonesia mengatur tentang model kerugian yang diharapkan (expected credit loss). Perusahaan harus membuat estimasi kerugian piutang bukan hanya ketika piutang sudah jatuh tempo, tapi sejak awal berdasarkan risiko kredit dan performa piutang.
IFRS 9 sebagai standar internasional juga menekankan pencatatan kerugian yang diharapkan selama umur piutang, dengan memperhitungkan kondisi ekonomi, kemampuan pelanggan membayar, dan data historis lain.
Kesimpulan
Cadangan kerugian piutang sangat penting agar laporan keuangan perusahaan mencerminkan realitas aset piutang yang bisa ditagih. Dengan mencatat cadangan, perusahaan melindungi diri dari risiko piutang tak tertagih, meningkatkan keakuratan laporan, dan menjaga kredibilitas keuangan. Metode persentase dan metode penuaan piutang adalah dua cara utama, dan penerapan standar seperti PSAK 71 / IFRS 9 memastikan estimasi cadangan dilakukan secara objektif dan sesuai regulasi. Perusahaan yang rutin memperbarui analisis piutang dan memperhitungkan faktor risiko akan lebih siap menghadapi ketidakpastian piutang tak tertagih.


Komentar